api nafsu membakar
pohon iman yang kering kan subur
embun sabar payahnya gugur
di ladang amanah yang dibakar takbur
dipanggang bara mazmumah
hawa duniawi meruap sentiasa
selendang malu sering tercicir
pakaian mazmumah berserakan
sutera kasih kehilangan corak
dicarik belati dendam
tidak ada bunga untung
tidak ada
hanya duri dengki mencucuk menanah
ke jantung insaf
yang payah dikira denyutnya
kalau rajin memungut sabar
tentu hasad tak berladang di hati
pohon maaf merimbun tinggi
kulit-kulit lalai gugur sendiri
bara mazmumah
sering membakar diri
embun mahmudah
kenapa cepat menghilang diri?
dan pasti hati yang hampa
derau rasa mengusap jiwa
gelak hari memintal rupa
tangis malam menenun duka
diri menjadi tidak tahu
lantai amanah yang dibaringi
sihat akan didatangi sakit
lapang akakn diziarahi susah
muda akan dilamari tua
hidup akan disudahi mati
belum akan datang sudahnya
dan pesta hati sering terbuka
mata tidak lagi mengongsi pandang
tidak ada yang mendengar
kesal sendiri
menelan jerih
kias balasan
usia bagai mendera
bebenang saat mencerut menjerumat
sarung ilusi dan mimpi ngeri
dipadu
tak menjadi satu
dan pesta hati menangis sendiri
mengenang sergam indah
ke muzium sihat
yang menyimpan sejarah
pohon iman yang kering kan subur
embun sabar payahnya gugur
di ladang amanah yang dibakar takbur
dipanggang bara mazmumah
hawa duniawi meruap sentiasa
selendang malu sering tercicir
pakaian mazmumah berserakan
sutera kasih kehilangan corak
dicarik belati dendam
tidak ada bunga untung
tidak ada
hanya duri dengki mencucuk menanah
ke jantung insaf
yang payah dikira denyutnya
kalau rajin memungut sabar
tentu hasad tak berladang di hati
pohon maaf merimbun tinggi
kulit-kulit lalai gugur sendiri
bara mazmumah
sering membakar diri
embun mahmudah
kenapa cepat menghilang diri?
dan pasti hati yang hampa
derau rasa mengusap jiwa
gelak hari memintal rupa
tangis malam menenun duka
diri menjadi tidak tahu
lantai amanah yang dibaringi
sihat akan didatangi sakit
lapang akakn diziarahi susah
muda akan dilamari tua
hidup akan disudahi mati
belum akan datang sudahnya
dan pesta hati sering terbuka
mata tidak lagi mengongsi pandang
tidak ada yang mendengar
kesal sendiri
menelan jerih
kias balasan
usia bagai mendera
bebenang saat mencerut menjerumat
sarung ilusi dan mimpi ngeri
dipadu
tak menjadi satu
dan pesta hati menangis sendiri
mengenang sergam indah
ke muzium sihat
yang menyimpan sejarah
0 komentar:
Post a Comment